Desa Jambu, Penghasil Alpukat
Desa Jambu, Penghasil Alpukat
Oleh A Basuki Babussalam
Banyak yang bertanya, mengapa kemajuan desa dalam satu wilayah itu tidak sama. Bahkan sebuah desa yang berdampingan, kadang ada satu yang tumbuh pesat, satunya memiliki pertumbuhan yang sangat lambat.
Kemajuan desa, sangat bergantung pada partisipasi dan kreatifitas warganya. Jika ada banyak perkenan warga desa untuk ikut menata dan membangun desanya, maka bisa diharapkan desa itu akan maju. Sebaliknya, jika mayoritas warga tidak punya perkenan memajukan desanya, bisa dibayangkan desa itu akan merayap pelan kemajuannya.
Partisipasi warga untuk memajukan desanya, bisa berawal dari bidang apapun. Seperti Desa Jambu Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri, desanya sangat maju karena memiliki keunggulan bibit tanaman Alpukat. Tidak singkron memang. Wong namanya desa Jambu kok yang menjadi ikon adalah tanaman Alpukat. Tapi itulah kenyataan. Desa ini menjadi sangat terkenal se Indonesia karena memiliki produk unggulan bibit Alpukat yang dijual ke seluruh Indonesia. Bahkan dijual ke manca negara.
Desa Jambu awalnya sama dengan keberadaan desa pada umumnya. Desa ini bergantung pada kehidupan pertanian. Warganya hidup damai dengan bertani di tanah garapan yang memang subur. Namun kehidupan bercocok tanam normatif membuat kehidupan desa ini tumbuh datar-datar saja. Hingga akhirnya, sekitar tahun 2014, kepala desa Agus Joko Susilo, mengajak beberapa warga desanya untuk membuat terobosan. Idenya sederhana, ingin membuat produk unggulan yang menjadi ciri khas bagi desanya.
Ide membuat terobosan untuk kemajuan desa diwujudkan dengan mengajak warga desa menanam tanaman buah. Sebanyak 2000 bibit tanaman buah kelengkeng ditanam kolosal di desanya. Mengapa Kelengkeng? Tanaman kelengkeng itu mudah menanamnya, usia panennya tidak lama, harga buahnya stabil bagus dan bisa ditumpangsarikan dengan tanaman yang hidup di lingkungan pedesaan. Hasilnya sesuai dengan harapan. Tanaman kelengkeng di desa Jambu memberikan penghasilan lebih kepada warga desa. Bahkan desa ini kemudian mendapat penghargaan sebagai lumbung buah lokal dari pemerintah kabupaten Kediri.
Sukses budidaya masal tanaman kelengkeng di desa Jambu, membuat warga desa tertarik untuk mengembangkan pada bidang lain. Membuat tempat wisata desa penjadi pilihan. Tidak tanggung-tanggung, delapan tempat wisata desa dibangun. Penataan potensi wisata yang disinergikan dengan potensi lingkungan desa, dibumbui dengan sukses yang menjadikan desa Jambu sebagai lumbung buah lokal, berbuah manis pada ikhtiar lanjutan itu. Desa Jambu tidak hanya sukses menjadi pusat menanam buah Kelengkeng, tapi juga menjadi tempat wisata desa. Pengunjungnya keren. Kalau akhir pekan bisa 2000 orang berkunjung wisata ke desa Jambu.
Sukses pembangunan desa dengan menanam buah kelengkeng dan wisata desa, tidak menghentikan kreatifitas warga Desa Jambu untuk terus berbenah dan berkembang. Lirikan lanjutan adalah budidaya bibit tanaman buah Alpukat. Mengapa bergeser ke tanaman Alpukat? Selain tanaman alpukat mudah dikembangkan, kebutuhan pasar bibit alpukat juga sangat besar. Dan soal peluang pasar, buah Alpukat harganya stabil pada nilai ekonomi tinggi.
Pengembanan usaha tanaman bibit alpukat, selain dibudidayakan secara normatif,
juga dikembangkan dengan sentuhan tekhnologi kekinian. Pengembangan budidaya dilakukan dengan pengairan modern. Dan yang hebat, pengenalan dan pemasaran bibit alpukat dilakukan dengan menggunakan media digital yang sekarang sedang digandrungi masyarakat. Penjualan bibit alpukat, selain di pajang di lokasi wisata juga disebar dan dipromosikan di media sosial seperti facebook, Instagram, youtube dan bahkan twiter.
Hasil ikhtiar budidaya dan pemasaran bibit alpukat ini melebihi harapan yang dicanangkan. Pesanan bibit alpukat seperti air bah dari seluruh Indonesia. Dengan tetap terus menerapkan usaha pengembangan, seperti menjual bibit tanaman alpukat dalam pot yang sudah berbuah, menjadikan uang mengalir masuk ke desa Jambu. Ikon baru terbentuk. Desa Jambu tidak hanya penghasil kelengkeng dan tempat wisata desa, tapi juga salah satu pusat penjualan bibit buah Alpukat terbaik di Indonesia.
Partisipasi dan perkenan bekerja keras, kini dampaknya dinikmati oleh seluruh warga desa Jambu. Hampir semua keluarga merasakan dampak manis dari kerja hebat yang dilakukan. Ada ribuan warga mendapatkan manfaat dari budidaya tanaman buah. Ekonomi warga desa terdongkrak dengan datangnya ribuan wisatawan. Warung dan toko desa menjadi ramai karena pembelinya berdatangan dari seluruh Indonesia. Desa Jambu adalah potret sukses dari perkenan partisipasi dan kerja keras warga untuk membangun kemakmuran di wilayahnya. Kita bisa mencontohnya. Berproses dan berjuang mulai hari ini. Dari hal ikhtiar sederhana yang kita bisa. Kalau ada keyakinan dan usaha, Insya Allah kita bisa.
(A Basuki Babussalam, bermukim di channel youtube dan Instagram ‘Basuki Biru’).
Post Comment